Sunday, June 26, 2016

Imam Syafi'i Ulama Mufti Fiqih Ahli Sunah Waljama'ah

Imam Madzhab Asy-Syafi'I  rodiallohu-a’nhu,  lahir digaza Palestina tepatnya dikota ashkalon  pada tahun 150 Hijriah atau 767 Masehi, tahun itu juga adalah tahun duka atas wafatnya Ulama Fiqih terkemuka Imam Abu Hanifah ra. Imam Syafi’I hidup pada lingkungan sosial yang berada tetapi beliau memilih hidup sederhana dan mementingkan ilmu agama untuk kekayaan akhiratnya, itu bentuk pengabdiannya juga terhadap pesan ibunda tercintanya. Beliau belajar ilmu agama dari ulama-ulama termuka di mekah,Madinah, Irak, Bagdad, Yaman dan Mesir. Dan beliau sangat mengagumi  gurunya yaitu Imam Malik dan Sufyan bin Uyainah. Semasa hidupnya beliau sudah banyak mengeluarkan hukum-hukum fiqih dan semua ajarannya tertulis pada kitab-kitab karyaNya, seperti  yang paling populer kitab Al-Hujjah yang berisi hukum-hukum piqih berdsarkan Qoul Qodim dan kitab Al-Umm  yang membahas ilmu fiqih berdasarkan Qoul  Jadid. Ajarannya banyak di pakai oleh ulama-ulama suni di dunia dan dijadikan madzhab ilmu piqih imam As-Syafi’i.


Kehidupan Imam As-Syafi'i

Dilahirkan dari keluarga yang sederhana tapi penuh dengan berkah keimanan yang luar biasa, Nasab beliau berasal dari dua keturunan yaitu bani Muthalib dari keluarga ayahnya dan Bani Hasym dari keluarga ibunya. Madzhab Syafi'i banyak dianut oleh sebgaian besar umat islam karena beliau adalah keturunan yang paling dekat Rosululoh dari nasab ibunya. Silsilah nasab beliau dapat di lihat dari gambar dibawah:
Silsilah Nasab Imam Syafi'i

Safi'i kecil sudah menjadi yatim sejak usia dua tahun, sehingga ibunya membawa pindah ke Mekah dan Safi'i tumbuh dewasa diMekah dibawah pengawasan dan bimbingan keluarga pamannya. Kecerdasan beliau dalam menghapal sangat menonjol, itu dibuktikan dengan hapalnya Al-qur'an pada usia 7 tahun, dan karena kesenangannya dengan melantunkan syair-syair islam beliau juga hapal banyak syair/nadoman.

Dimekah beliau banyak belajar ilmu agama terutama ilmu fiqih, para gurunya adalah ulama-ulama terkemuka di Mekah, antara lain; Muslim bin Khalid Az-Zanji, Dawud bin Abdurrahman al-Atthar, Abdurrahman bin Abi Bakr Al-Mulaiki, Sa’id bin Salim, Fudhail bin Al-Ayyadl , Muhammad bin Ali bin Syafi’I (pamannya), Sufyan bin Uyainah dan para ulama Mekah lainnya. Beliau sangat memahami banyak ilmu fiqih setelah belajar bertahun-tahun dari guru-gurunya, sehingga pada usianya yang masih 15 tahun beliau dibolehkan memberi  fatwa fiqih oleh gurunya Muslim bin Khalid Az-Zanji seorang ulama mufti (pemberi fatwa) diMekah.

Menginjak usia ke 20 tahun imam Syafi'i hijarh ke Madinah, di sana beliau berguru kepada imam Malik bin Annas (Madzhab Maliki), beliau membuat bangga sang guru atas kecerdasannya sehingga mampu mengusai kitab hadist karangan imam malik yaitu Al-Muwattha. Selain berguru kepada sang imam, Syafi'i juga mengaji ilmu dari para ulama lainnya di Madinah seperti Ibrahim bin Sa’ad, Isma’il bin Ja’far, Atthaf bin Khalid dan Abdul Aziz Ad-Darawardi 

Pengembaraan imam Syafi'i dalam menuntut ilmu dilanjutkan ke negeri Yaman, kemudian ke Bagdad Irak sekitar tahun 183H dan di Irak beliau menulis kitab Al-Hujjah. Terakhir beliau menemui ulama-ulama di negeri Mesir sekitar tahun 200H, dan dinegri inilah kitab Al-Umm ditulis. Menurut keterangan beliau mengalami sakit ambeien sampai sering keluar darah dan menetes mengenai pakaiannya, akhirnya beliau wafat di Mesir sekitar tahun 204 pada bulan Rajab hari Jum'at. Atas wasiatnya beliau dimandikan oleh penguasa mesir saat itu Muhammad bin as-Suri bin al-Hakam dan beliau melunasi seluruh urusan hutang piutang imam Syafi'i. Makam imam syafi/i di kairo Mesir dikenal dengan nama Turbah asy-Syafi'i yang sampai sekarang beribu-ribu orang datang untuk menjiarahinya.


Qoul imam Syafi'i

Pada masa kehidupanya terdapat dua paham ilmu yang dipakai umat yaitu ajaran ahlul hadist (ahlil hadist) yang diajarkan oleh imam malik, dan aliran mu'tazilah (pendapat yang berdasar pada akal) yang dipelopori oleh Imam Muhammad bin Hasan asy-Syaibani murid dari imam Hanafi. Pendapat imam Sya-fi'i adalah perpaduan dari dua ajaran tersebut dengan dasar Qur'an, hadist, ijtihad dan Qiyas.

Imam Syafi'i berbeda pendapat tentang menentukan suatu hukum fiqih yang belum ada hukumnya baik dari qur'an maupun hadist dengan menggunakan ijtihad dan Qiyas dengan pemikiran yang luas. beliau tidak sependapat terhadap hukum istihsan (hukum berdasarkan kondisi yang terbaik) yang diajarkan imam Hanafi dan menolak hukum Mashalih Mursalah dari imam malik.

Oleh karena keadaan umat saat berada di Bagdad Irak beliau menuliskan pendapat-pendapatnya yang dikenal dengan Qoul Qodim atau pendapat lama, dan setelah pindah ke Mesir beliau mendapatkan kondisi yang berbeda sehingga beliau mengeluarkan pendepat-pendapat baru yang dikenal dengan Qoul Jadid. Tetapi beliau mengatakan hukum baru atau hukum lama dapat digunakan salah salah satunya tergantung kondisi yang terbaik terhadap suatu masalah.


Murid imam Syafi'i

Ajaran dalam madzhab imam Syafi'i banyak di sebarluaskan oleh para muridnya yang menjadi tokoh ulama terkemuka, diantara muridnya yang paling populer adalah:
  • Ahmad bin Hanbal, Ahli Hadits dan Ahli Fiqih dan Imam Ahlus Sunnah atas kesepakatan kaum muslimin.
  • Al-Hasan bin Muhammad Az-Za’farani
  • Ishaq bin Rahawaih,
  • Harmalah bin Yahya
  • Sulaiman bin Dawud Al Hasyimi
  • Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid Al Kalbi dan lain-lainnya banyak sekali.

Kitab karya imam Syafi'i 

semasa pengabdiannya dalam menentukan hukum perkara piqih, imam Syafi'i mendokumentasikan dalam kitab-kitab yang ditulis olehnya. beberapa kitab yang terpenting dan dijadikan ushul fiqih adalah:

Al-Hujjah

berisi pendapat madzhab lama beliau, dan yang terkenal dari pernyataanya yaitu : “Al-Qur’an adalah Qalamullah, barangsiapa mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk maka dia telah kafir.”


Al-Umm 

Merupakan kitab Madhab baru beliau, ada pernyataan dalam isi kitab ini tentang pengikut madzhab beliau yaitu; ”Jika sebuah hadits shahih bertentangan dengan perkataanku, maka buanglah perkataanku di belakang tembok,” dalam hal ini imam Syafi'i merasa sebagai mahluk yang punya kelemahan sehingga jika suatu saat ditemukan hadist yang bertentangan dengan pendapatnya dan hadist itu soheh menurut jumhur ulama maka diwajibkan mengikuti hadist dari pada pendapat beliau.


Ar-Risalla

Kitab pertama karangan imam Syafi'i tentang ushul fiqih yang dijadikan dasar metodelogi pengembangan hukum islam, dan dijadikan rujukan oleh para ulama generasi saat itu dan yang masa yang akan datang dalam menentukan suatu perkara hukum islam.

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Imam_Asy-Syafi'i
Free image : By.  بلال الدويك (Own work, https://commons.wikimedia.org/wiki/File%3AAl-Shafie_Name.png

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment