Saturday, July 23, 2016

Bag.3. B.J. Habibie, Membangun Industri Peswat Terbang Nusantara (PT. IPTN)

Karier BJ. Habibi

Awal karier BJ. Habibie adalah bekerja di Messerschmitt Bölkow Blohm (MBB), sebuah perusahaan Dirgantara Jerman, dan BJ. Habibi mendapat tanggung jawab untuk menangani pesawat Airbus A300B yang masih dalam perancangan. Dan Habibie berhasil mengatasi kekhawatiran para ahli tentang bodi pesawat terhadap keretakan yang sulit diperhitungkan. Penemuan Habibie ini disebut Crack Propagation, oleh karena itu sebutan BJ. Habibie oleh rekan kerjanya dengan “MR. Crack”. Habibie diakui dunia sebagai orang pertama yang berhasil merumuskan perhitungan Crack Propagation on Random sampai ke atom-atomnya.

Selain itu BJ. Habibie juga pernah menangani pesawat Boeing 747 yang bermasalah pada bagian haluan dan
buritan, secara teoritis dan sangat tepat masalah tersebut dapat siselesaikan. Pesawat Boeing 747 adalah pesawat kebanggan dunia yang banyak digunakan untuk keperluan komersial.

Prestasi BJ. Habibie pada MBB, memnuat perusahaan ini memberikan kepercayaan kepada BJ. Habibie dengan mengangkatnya sebagai Wakil Presiden Direktur Teknologi MBB pada tahun 1974. BJ. Habibie adalah orang pertama asing yang menduduki jabatan tinggi tersebut.

Kembali ke Indonesia

Setelah menyelesaikan Studinya di jerman, BJ. Habibie memberikan kabar kelulusannya ke Negara tercinta Indonesia melalui surat resmi, beliau menyampaikan kesiapannya untuk kembali ke Indonesia dan mengabdikan ilmunya untuk membangun Industri Dirgantara di tanah air. Namun Jawaban dari pemerintah Indonesia yang saat itu di wakilkan oleh Imam Sukoco selaku Care Taker KOPELAPIP (Komando Pelaksana Proyek Industri  Pesawat Terbang), membalas surat BJ. Habibie yang berisi permintaan BJ. Habibie agar tetap tinggal dulu di Jerman karena Indonesia belum membutuhkan tenaganya. Setelah menerima kabar tersebut BJ. Habibie memutuskan untuk tetap tinggal di Jerman dan mempersiapkan diri jika kelak dibutuhkan Negaranya, oleh karena itu beliau tidak menerima tawaran proyek pembuatan pesawat mata-mata yang mampu terbang pada ketinggian diatas 30 ribu Km. dan juga menolak penawaran proyek pembuatan pesawat-pesawat komersial kecil dari Industri Pesawat Terbang Bolkow. BJ. Habibie memutuskan untuk tetap bekerja di MBB  karena merasa cocok dengan tugasnya sebagai tenaga ahli pada divisi R&D yang berkaitan dengan konstruksi dasar pesawat terbang, sebagai pemantapan menjelang ia dibutuhkan untuk membangun Industri Dirgantara di Indonesia.

Namun rencana tersebut dirubah setelah mempertimbangkan dan memperhitungkan waktu pelaksanaan jika seandainya ia ditugaskan untuk membangun industry dirgantara itu, beliau berpikir bahwa pekerjaan ini tidak mungkin dikerjakan sendiri, ia haris mempersiapkan dulu para tenaga ahli Indoneisa. akhirnya BJ. Habibie mendapat ijin dari MBB Jerman dan pulang ke Indonesia
Sampai di Indonesia BJ. Habibie mengundang teman-temannya PPI waktu di Jerman, sekitar20 orang diundang pada pertemuan yang di laksanakan pada bulan Pebruari 1969 di STM Penerbangan Kebayoran Baru, dari pertemuan itu semua sepakat dan mendukung ide BJ. Habibie dalam rencana membangun Industri pesawat terbang di Indonesia, dan mereka sepakat untuk menimba ilmu dan keterampilan dalam membagun perisahaan kedirgantaraan di Jerman Barat. BJ. Habibie mamanfaatkan kedudukan di MMB dan membawa timnya untuk bergabung di perusahaan tersebut.

Pada tanggal 26 Januari 1974, BJ. Habibie pulang ke Indonesia atas perintah Presiden Soeharto untuk menemuinya. Tepat pada tanggal 28 Januari 1974 BJ. Habibie menemui Presiden Soeharto di kediamannya di Cendana, dan beliau mendapat titah untuk membangun teknologi di Indonesia. Namun karena belum ada anggaran terhadap rencana pembangunan industry pesawat terbang, sementara BJ. Habibie ditempatkan dulu sebagai penasihat Presiden Divisi Advanced Technology. BJ. Habibie memberitahukan kondisi ini kepada perusahaan MBB tempat ia bekerja di Jerman, dan MBB pun memahami dan menghargai bangsa Indonesia terhadap asset bangsa yang di milikinya, BJ. Habibie di ijinkan resain dari Jabatan sebagai Wakil Presiden Direktur di MBB.

Note: “Ada rumor dari masyarakat Indoneisa saat itu bahwa BJ. Habibie datang ke Indonesia karena di iming-imingi Jabatan dsb. Itu salah! Karena rencana mengabdi dan membagun teknologi di Indonesia sudah BJ. Habibie rencanakan sejak beliau masih kuliah, dan itu cita-cita besar beliau saat itu. Kalau masalah Jabatan yang diberikan kepadanya itu hanyalah amanah yang diberikan kepadanya untuk mendukung program kerjannya.”


Membangun Industri Pesawat Terbang Nusantara (PT.IPTN)

Selama setahun menjabat sebagai penasihat presiden BJ. Habibie mempelajari berbagai macam kesiapan rencana pembangun Industri Pesawat Terbang, mulai dari sumber daya manusianya, sistem manajemennya, dan rencana lokasi industry tersebut yang akhirnya diputuskan berlokasi di Bandung , dengan memanfaatkan Lembaga Industri Pesawat Terbang Nurtanio yang dirubah namanya menjadi PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio (PT.IPTN) dibawah kepemimpinan BJ. Habibie sebagai Direktur Utama, yang resmi beroperasi pada tahun 1976.


Setelah berdirinya PT.IPTN, BJ. Habibie mulai menjalin kerjasama dengan industry-industri pesawat di luar negri, yang akhirnya mendapat kesepakatan untuk sistem Full Manufacturing atau memproduksi semua komponen pesawat di PT. IPTN. Kontrak kerjasama yang telah dilaksanakan oleh PT. IPTN antara lain: pada tahun 1979 kontrak perjanjian dengan Aerospatiale Perancis untuk memproduksi Helikopter jenis Puma NSA330 dan Super Puma NAS 332. Pada tahun yang sama juga terjadi kesepakatan kontrak untuk merancang dan memproduksi Pesawat komersial CN235, dengan kapasitas 35-45 penumpang antara PT.IPTN dengan Construcciones Aeronáuticas SA (CASA) Spanyol dan kode CN artinya CASA dan NURTANIO. CN235 sukses diproduksi dan banyak terjual ke berbagai Negara termasuk digunakan di Indoneisa. Dan dari MBB Jerman tempat bekas BJ. Habibie bekerja, PT.IPTN mendapat kontrak perancangan dan produksi Helikopter BO.105.

Perjanjian kerjasama selanjutnya pada tahun 1980 dengan General Electric Company untuk pemeliharaan mesin-mesin pesawat terbang dan mesin-mesin industry. Dua tahun kemudian pada tahun 1982. PT.IPTN mendapat pengakuan Internasional dengan terjadinya kontrak kerjasama sebagai Sub Kontraktor BOEING Company USA dan mendapatkan sertifikat dari FAA, dan diijinkan untuk memproduksi  100 helicopter NBEL412 milik Textron INC. yang mulai diproduksi 2 tahun kemudian.

Pada tahun 1985 PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio berganti nama menjadi PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara. Setahun kemudian PT.IPTN menandatangi MOU dengan Boeing dan MBB dalam hal perancangan Pesawat ATRA-90 dengan kapasitas 135 penumpang. Pada tahun itu juga diadakan pertunjukan Indoneisa Air Show sebagai perayaan berdirinya PT.IPTN yang ke 10.

Setelah itu pada tahun 1988 PT.IPTN membuat terobosan dengan rencana perancangan pesawat canggih buatan nusantara yang diberi nama N250. Pesawat N250 dengan kapasitas 50 penumpang ini dirancang dengan teknologi canggih yang mampu terbang pada ketinggian 25000 kaki dengan kecepatan maksimal 610km/jam dengan jarak terbang 1480km.

Untuk mendukung teknologi komputerisasi pesawat N250, PT.IPTN mendirikan Nusantara Sistem
Internasional (NSI) yang dibentuk hasil kerjasama dengan New Medium Development Organization (NEDO) di Jepang. NSI bertugas mengembangkan perangkat lunak untuk sistem komputerisasi N250.

Pada tahun 1995 N250 berhasil Uji terbang perdana dengan nama Gatotkaca, dan salah satu produk paling sukses menarik perhatian pengunjung di acara Indonesia Airshow di Tanggerang pada tahun 1996. PT.IPTN mendapat banyak pesanan Pesawat N250 dari berbagai Negara, tercatat sudah ada 120 pemesan. Namun sayang pada tahun 1997 terjadi krisis moneter kronis di Indonesia, imbasnya produksi pesawat di PT.IPTN dihentikan total. Setahun kemudian 1998 BJ. Habibie diangkat menjadi wakil presiden menggantikan Try Sutrisno, sementara jabatan menristek digantikan oleh Rahardi Rmalan dan Jabatan Direktur Utama PT.IPTN di isi sementara oleh Paramayuda.

IPTN Mengalami banyak kerugian akibat besarnya biaya operasional sedangkan produksi semakin berkurang, hal ini menjadi perhatian pemerintah sehinga terjadi restrukturisasi perusahaan pada tahun 2000 dan berganti nama menjadi PT. DIrgantara Indonesia (PT.DI), yang diresmikan oleh Presiden RI. K.H. Abdurrahman Wahid.  Dan sebagai Direktur Utama diangkat Jusman Syafi’I Jamal yang menjabat sampai tahun2002.

Tahun 2002 sampai 2005 Direktur Utama PT.DI digantikan oleh Edwin Sudarmo, pada tahun 2003 terjadi restrukturisasi karyawan dengan memutuskan lebih dari 9000 karyawan. Kemudian tahun 2005 sampai 2007 Direktur Utama digantikan oleh Muhammad Nurik Fuad sebagai Direktur Umum.

Kebangkitan kembali PT.DI dimulai pada tahun 2007 sejak di pimpin oleh Budi Santoso. PT. DI kembali membuat kontrak kerjasama dengan British Aerospace sebagai Subkontraktor pembuatan sayap pesawat Airbus A380. Selain itu PT.DI juga mendapat pesanan pembuatan pesawat N2130 sebanyak 6 unit dari Negara Timur Tengah dan beberapa unit pesawat CN235 dari berbagai Negara, termasuk kontrak kerjasama pembuatan pesawat tempur dari Korea Selatan yang rencana akan memproduksi 250unit dalam jangka waktu 7 tahun. Belum lagi pesanan dari dalam negeri untuk pembuatan 6 unit helicopter yang akan digunakan oleh BASARNAS, 2 unit CN235 untuk TNI AL, 1 unit untuk TNI AU dll.

Perkembangan PT.DI semakin membaik dengan terus mengadakan kontrak kerjasama, pada tahun 2010 Airbus Military (Spanyol) memindahkan assembly pesawat 212-400 untuk di kerjakan di PT.DI. Setahun kemudian PT. DI mendapat kontrak kerjasama pembuatan ekor helicopter Super Puma dari Eurocopter. Dan pada akhir tahun 2011 Airbus Military membuat kontrak kerjasama dengan PT.DI untuk memodifikasi CN235 yang hanya berkapasitas 23 penumpang untuk di kembangkan menjadi 95 penumpang dengan merubah dimensi badan pesawat juga upgrade engine.

Referensi:
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Bacharuddin_Jusuf_Habibie
  • A. Makmur Maka https://books.google.co.id/books?id=FpvvYN1LjVMC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false
  • http://www.ikaupnvj.org/2014/03/kebangkitan-pt-dirgantara-indonesia.htm
  • Softeis at the German language Wikipedia [GFDL (http://www.gnu.org/copyleft/fdl.html) or CC-BY-SA-3.0 (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0/)], via Wikimedia Commons https://commons.wikimedia.org/wiki/File%3ABo-105.jpg
  • https://www.flickr.com/photos/thisisinbalitimur/26714037004
  • By Betaviano Wahyudi (Betaviano Wahyudi) [CC BY-SA 3.0 (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0)], via Wikimedia Commons https://commons.wikimedia.org/wiki/File%3AN250-100_parked_at_PTDI_ramp.jpg

 

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment